
Bayangin kamu lagi jadi tutup panci. Tiap hari nahan tekanan, panas, dan meledak-ledak dari dalam, tapi tetap harus stay cool supaya dapur (alias kantor) nggak chaos. Sementara di sebelah, si spatula licin cuma ngaduk-aduk isu dan bikin masakan gosong.
Politik kantor tuh gitu, kadang yang kerja keras malah cuma jadi pelengkap. Yang bisik-bisik di belakang layar? Mereka yang dapet spotlight. Welcome to the jungle, eh… open space office.
1. Centong Nasi – Selalu Siap, Nggak Banyak Bacot
Mau kamu lapar atau cuma butuh sendokan hati yang hangat, centong selalu di sana. Nggak kayak si itu yang kerjaannya cuma muncul waktu ada “kesempatan pencitraan.”

2. Saringan Teh – Nyaring yang Penting, Nggak Drama
Saringan teh tahu mana yang perlu lewat, mana yang harus ditahan. Kalau kantor isinya kayak gini, mungkin drama internal bisa diseduh jadi teh manis.

3. Talenan – Terus Disayat Tapi Tetap Setia
Disayat berkali-kali tiap hari, tapi nggak pernah protes. Mirip tim back-end yang selalu kerja keras di balik layar tapi jarang dapet pujian dari bos yang cuma lihat hasil akhir.

4. Sendok Sayur – Multitasking Sejati
Aduk? Bisa. Tuang? Bisa. Angkat beban kerja satu tim? Bisa juga. Kalau aja dia punya LinkedIn, pasti endorse skill-nya panjang banget.

5. Wadah Sambal Bekas – Tetap Dipakai Walau Bukan Lagi Kemasan Asli
Mungkin tampilannya udah pudar, labelnya hilang. Tapi fungsinya tetap penting. Di kantor, ini tipe yang low profile tapi ternyata penyelamat presentasi mendadak.

6. Pisau Roti – Tajam Tapi Nggak Nunjukin
Diam-diam memotong tepat sasaran. Nggak perlu banyak gaya. Beda sama yang kerja dikit tapi Insta Story tiap 5 menit bilang, “Hustling hard.”

7. Tutup Panci – Nahan Tekanan, Biar Orang Lain Aman
Dia diem aja, tapi punya peran vital. Kalau tutup panci ilang, semua bisa meledak. Sama kayak kamu, tanpa kamu sadar, kamu yang jaga kestabilan tim dari dalam.

Penutup
Jadi gimana? Masih mikir politik kantor itu mitos? Kadang, centong di dapur aja lebih fair daripada dinamika kantor yang penuh kode. Tapi yaudah, hidup kan bukan sinetron, meski kadang rasanya lebih dramatis. Yang penting, kita tetap kerja dengan niat, biar pulang kerja bisa tidur nyenyak.
🔸 Disclaimer: Artikel ini bukan buat nyinyirin rekan kerja tertentu. Justru ini jadi pengingat lucu-lucu pedas bahwa setiap orang punya gaya kerja masing-masing. Kalau bisa ngelawak sambil kerja, kenapa nggak? 😌
Kalau kamu relate sama tekanan kantor atau ngerasa burnout tapi nggak punya budget buat healing, kamu bisa cek juga:
🔗 Cara Pekerja Medioker Ngilangin Burnout Murah, Realistis, dan Nggak Sok Kaya
🔗 Gaji Habis Buat Apa Aja? Ngobrolin Pengeluaran Pekerja Medioker
🔗 6 Game Receh Buat Pekerja Kantoran yang Mau Kabur Tanpa Resign
Siapa tahu kamu butuh centong baru, atau ide pelarian yang lebih masuk akal dari resign impulsif.